mata-bekasi.com – Percakapan tentang kota setua peradaban manusia. Mulai dari zaman Yunani klasik sampa era postmodern, kota menjadi pembahasan baik secara filosofis, mau pun sosiologis.
Kota melingkupi people, place, and culture, kata konsep teoritis human city. Tidak bisa tidak ketika kita berbicara kota kita bicara tentang orang, ruang, dan budaya.
Paradigma Continental membangun kota dengan membolduzer daratan hijau menjadi ruang terbuka untuk dihuni orang. Mereka membabat hutan, sawah, dan ladang untuk membuat pabrik dan perumahan pasca industrialisasi.
Bersama deru bolduzer hilang budaya lokal dan kearifannya, yang ada bentuk kota yang seragam yang dibangun atas kepentingan market. Disinilah kapitalisme bekerja dalam tata ruang.
Bekasi adalah kota yang lahir dari pasar pemikiran di atas. Kota ini dibangun oleh para pemilik modal atau investor. Rancang bangun dan tata ruangnya dirumuskan untuk penting kapital, khususnya di bidang property. Tak heran yang nampak kosmopolitan adalah pembangunan di mulut Tol Bekasi Timur dan Tol Barat.
Lalu, apa konsep yang ditawarkan pemangku kepentingan dikota ini? Khususnya tawaran konsep pembangunan kota oleh pengambil keputusan, khususnya Walikota. Ataukah mereka hanya menunggu tuntunan dari pengembang kota atau pemilik modal.
Saya menawarkan “Bekasi Human City” sebagai alternatif pembangunan kota yang berorientasi pada etika lingkungan dan pembangunan partisipatoris yang menjadikan warga sebagai subyek pembangunan, bukan pola pembangunan yang ditentukan investor dan kepentingan profitnya. (ABH)